Mengenal Ikan Kiper

Mengenal Ikan Kiper dan Cara Budidayanya Untuk Konsumsi

Posted on

Duniaikan.id – Mengenal Ikan Kiper dan Cara Budidayanya Untuk Konsumsi. Pada prinsipnya, Ikan Kiper (Scatophagus argus) ialah jenis ikan yang sering ditemukan oleh para nelayan di sekitar perairan Indonesia dan umumnya dimanfaatkan sebagai ikan konsumsi. Karena penampilannya yang unik, ikan air ini juga kerap digunakan sebagai hewan penghias karena keindahannya. Kiper, atau juga dikenal sebagai Kipar, merupakan ikan yang habitatnya berada di muara sungai dan termasuk dalam keluarga Scatophagidae.

Ikan ini tergolong dalam kelas Actinopterygii, memiliki ordo Perciformes, dan termasuk dalam genus Scatophagus. Dibandingkan dengan ikan sejenisnya, S. argus memiliki sifat yang tenang dan tidak agresif. Gerakannya yang lambat membuatnya cocok sebagai ikan akuarium.

Meskipun dalam industri perikanan ikan kiper bukanlah target utama para nelayan, tetapi karena memiliki nilai ekonomi yang tinggi, jenis ikan ini sering dijual ke publik sebagai bahan pangan.

Taksonomi

Ikan ini pertama kali secara resmi diuraikan pada tahun 1766 oleh Carl Linnaeus dengan nama ilmiah Chaetodon argus. Lokalitas tipe untuk ikan ini diidentifikasi sebagai India.

Kemudian, pada tahun 1831, Georges Cuvier melakukan deskripsi ulang terhadap ikan ini dan menetapkannya sebagai spesies tipe dalam genus Scatophagus.

Nama spesifik “argus” mengacu pada mitologi penjaga Io yang memiliki seratus mata, yang dikenal sebagai Argus. Setelah kematian Argus, matanya berubah menjadi bulu ekor merak, hal ini merujuk pada bintik-bintik coklat hingga coklat kemerahan yang ada pada tubuh ikan ini.

Mengenal Ikan Titang atau Kiper

Dari segi penampilan, ikan kiper memiliki kemiripan yang cukup mencolok dengan spesies Symphysodon, atau yang dikenal sebagai Ikan Discus. Ukurannya bisa mencapai 9 – 16 cm, dengan kapasitas lambung berkisar antara 1,6 – 3,5 ml. Di habitat alami, S. argus terpanjang yang pernah ditemukan oleh para ahli mencapai 38 cm. Meskipun demikian, menurut penelitian, ikan ini umumnya mencapai tingkat kematangan seksual saat panjangnya sekitar 14 cm.

Ikan kiper memiliki 10 – 11 jari-jari keras dan 16 – 18 jari-jari lemah pada sirip dorsalnya. Selain itu, terdapat empat jari-jari keras dan 13 – 15 jari-jari lemah di bagian anal mereka. Ciri khas ikan kiper adalah adanya bercak totol-totol hitam yang menutupi seluruh tubuhnya. Totol-totol ini seiring waktu akan semakin pudar ketika ikan mencapai tahap dewasa. Bentuk tubuhnya pipih dan berbentuk hampir segi empat, dengan ukuran mata yang sangat besar. Faktanya, diameter mata ikan ini sedikit lebih kecil daripada panjang mulutnya.

Penting untuk dicatat bahwa Indian Discus memakan cacing, krustasea, serangga, dan fragmen tumbuhan untuk bertahan hidup. Ia memiliki mulut yang kecil dan bulat, serta beberapa baris gigi di rahangnya.

Peta Persebaran dan Habitat Ikan Kiper

Ikan kiper atau yang juga dikenal dengan nama Spotted Scat Fish dalam bahasa Inggris memiliki toleransi yang sangat tinggi terhadap fluktuasi salinitas air, memungkinkan mereka hidup baik di perairan tawar, estuari, maupun perairan laut. Meskipun begitu, sebagian besar S. argus yang ada di pasar sebenarnya berasal dari lingkungan perairan tawar.

Ikan ini biasanya ditemukan oleh para nelayan di muara payau dan daerah hilir sungai, juga di sekitar hutan bakau, serta umumnya dibudidayakan di tambak. Berdasarkan penelitian, tahap awal hidup ikan kiper biasanya terjadi di perairan tawar, tetapi ketika mencapai dewasa, habitatnya beralih ke perairan asin.

Untuk proses perkembangbiakan yang optimal, ikan kiper membutuhkan suhu lingkungan yang hangat, kisaran suhu 22 – 28 derajat Celsius. Oleh karena itu, ikan ini tidak biasanya ditemukan di perairan beriklim sedang. Dengan merujuk pada habitatnya, ahli percaya bahwa ikan kiper berasal dari wilayah Indo-Pasifik.

Penyebarannya meliputi perairan mulai dari Jepang, New Guinea, hingga daerah tenggara Australia. Di India, ikan ini dikenal dengan nama Indian Discus. Di tingkat internasional, ikan ini juga dikenal dengan sebutan Leopard Pomfret, Butterfish, Argus Fish, dan Spade Fish.

Penggunaan

Ikan ini dapat dijaring dan dikonsumsi oleh beberapa orang dari habitat alaminya, namun memiliki duri kecil di bagian depan tubuhnya yang bisa menyebabkan sengatan. Racun yang dikeluarkan dari sengatan tersebut dapat mengakibatkan rasa sakit dan pusing yang parah. Pengobatan untuk sengatan umumnya melibatkan merendam bagian yang terkena racun dalam air panas. Ikan ini juga sering ditemui dalam perdagangan ikan hias untuk akuarium.

Budidaya Ikan Kiper

Ikan ini hanya tumbuh hingga ukuran maksimal 30 cm, sementara bagian sirip punggung yang sering tertangkap dan dijual berukuran antara 15-20 cm.

Bagian sirip punggung yang keras hampir terpisah dari bagian sirip yang lunak.

Pada sirip punggung, terdapat 11 jari-jari tulang yang kuat dan 16-18 jari-jari lunak. Pada sirip anal, terdapat 4 jari-jari keras dan 14-15 jari-jari lunak.

Keberadaan 4 tulang keras pada sirip anal dan pada tutup insang menjadi ciri khas yang tidak umum di antara jenis-jenis kerapu lainnya, dan ciri ini membantu mengidentifikasi ikan ini.

Sementara itu, ikan titang silver scat memiliki bentuk tubuh yang datar seperti scat biasa, tetapi berbeda dengan silver scat yang memiliki warna dasar perak yang berkilauan, dilengkapi dengan 5 garis vertikal dan bintik-bintik hitam di bagian atas setengah tubuh serta hiasan bintik-bintik di bawah garis hitam pada bagian bawah tubuh.

Kepala dan mulutnya kecil. Mata berbentuk bulat dengan ukuran yang cukup besar. Silver scat memiliki 12 jari-jari keras dan 16 jari-jari lunak pada sirip punggung, serta 4 jari-jari keras dan 16 jari-jari lunak pada sirip anal.

Ukuran silver scat lebih kecil daripada spotted scat, hanya mencapai panjang sekitar 10 cm.

Makanan Ikan Titang

Makanan yang dikonsumsi meliputi berbagai jenis rumput, potongan daun, alga, dan detritus. Ikan ini juga sangat menyukai makanan seperti lumut sutera dan rumput laut dari jenis gracillaria sp.

Namun, ikan titang spotted scat juga makan cacing, udang, serta remis yang tercampur dengan pasir dan lumpur.

Mereka cenderung menyukai makanan hidup seperti ikan kecil, udang, dan cacing. Selain itu, ikan ini juga bisa memakan tanaman air seperti alga dan rumput laut.

Pembenihan Ikan Titang

Benih ikan titang yang digunakan untuk budidaya umumnya diperoleh dari penangkapan di alam. Penangkapan benih ini biasanya dilakukan di muara sungai, estuari, dan daerah sekitar hutan mangrove.

Di Indonesia, saat ini belum terdapat praktek pembenihan ikan titang secara terkontrol di hatchery.

Budidaya Ikan Titang di Tambak

Pemeliharaan ikan titang dalam tambak bisa dilakukan dengan pendekatan monokultur maupun polikultur. Skala pemeliharaan dapat bervariasi dari ekstensif hingga intensif.

Benih ikan titang yang biasanya berukuran sekitar 7 cm per ekor atau memiliki berat sekitar 10 gram per ekor, ditebar dengan kepadatan 20.000 – 30.000 ekor per hektar atau sekitar 2 – 3 ekor per meter persegi untuk tambak yang dikelola secara semi intensif.

Pada tambak yang dikelola secara intensif, kepadatan penebaran untuk benih yang sama meningkat menjadi sekitar 4 – 5 ekor per meter persegi atau sekitar 40.000 – 50.000 ekor per hektar.

Apabila ukuran benih lebih besar, sekitar 13 cm per ekor atau 20 gram per ekor, maka kepadatan penebaran akan dikurangi menjadi 3 ekor per meter persegi atau sekitar 30.000 ekor per hektar.

Pakan untuk ikan titang terdiri dari pakan alami dan pakan buatan. Pakan alami meliputi lumut sutra dan rumput laut jenis gracilaria.

Pakan buatan, dalam bentuk butiran, diberikan saat ikan titang masih dalam ukuran kecil. Pakan butiran yang telah dihaluskan diberikan sebanyak 3 – 5% dari berat biomassa ikan.

Pada budidaya semi intensif, pemberian pakan dilakukan 1 – 2 kali sehari, sementara pada budidaya intensif, pemberian pakan dilakukan tiga kali sehari, yaitu pada pukul 08.00, 13.00, dan 16.00.

Pengontrolan pemberian pakan sangat penting untuk memastikan apakah pakan yang diberikan sudah mencukupi. Oleh karena itu, pengontrolan ini dilakukan setelah 1 – 2 jam pemberian pakan. Jika pakan habis sebelum 1 – 2 jam, dosis pakan ditingkatkan sebesar 5%. Namun jika pakan masih ada dalam jangka waktu tersebut, dosis pakan dikurangi sebesar 5% dari jumlah pakan yang diberikan sebelumnya.

Demikianlah ringkasan mengenai cara budidaya ikan titang atau kiper dalam akuarium dan tambak. Semoga informasi ini bermanfaat dan sukses dalam mencobanya.

Baca Juga :

Penutup

Tentunya, Mengenal Ikan Kiper lebih dekat tidak hanya memberi kita wawasan baru tentang keanekaragaman hayati di dunia akuatik, tetapi juga memperkaya pengetahuan kita tentang pentingnya menjaga ekosistem laut dan tawar.

Dengan karakteristik dan habitatnya yang unik, ikan Kiper merupakan contoh sempurna bagaimana alam dapat menciptakan spesies yang menakjubkan dan beradaptasi dengan baik di lingkungannya.

Jika kita semua bisa mengambil hikmah dari kehidupan ikan ini, mungkin kita akan lebih memahami pentingnya keseimbangan dalam ekosistem dan keberlanjutan sumber daya alam.

Oleh karena itu, mari kita lebih memperdalam pengetahuan dan kepedulian kita tentang ikan-ikan seperti Kiper untuk masa depan yang lebih berkelanjutan dan harmonis antara manusia dan alam.

Demikianlah artikel duniaikan.id yang membahas tentang Mengenal Ikan Kiper dan Cara Budidayanya Untuk Konsumsi. Semoga artikel kami dapat bermanfaat dan terimakasih telah membaca artikel kami.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *